Clubsex21 : Umurku yang sudah 27 tahun sampai saat ini masih belum selesai kuliah, aku akui dalam akademis aku termasuk orang gagal, tapi kalau meluntuhkan hati wanita aku jagoannya, kali ini aku akan menceritakan kisahku yang nyata dimana aku menikmati memek perawan , kisah ini terjadi saat aku mendapat kos kost san baru, dari pagi sampai sore berputar putar UNPAT akhirnya aku mendapatkan tempat kost kostan yang aku dambakan.
Awalnya gak begitu suka, karena tempat kosnya terpisah jauh dari temen2 aku yang lain. Tempatnya juga terlalu masuk ke lorong-lorong. Tapi ada satu hal yang membuat aku mutusin buat ngambil kosan disana, yaitu anak ibu kosnya yang cakep membikin hati bergoyang. Namanya Stefi, mahasiswi semester 3 di UNPAT.
Pertama kali aku ngeliat dia, jantung aku langsung berdesir karena doi manis banget. “iya, kosan yang disebelah ada kok kak, tapi Cuma satu kamar.” Begitu suaranya ramah ketika pertama kali aku komunikasi sama doi. Ibu kosnya juga baik.Namun ibu kos nya yang berprofesi pedagang di Sleman belum pulang. Stefi mengatakan kalau ibu dan bapaknya berdagang pergi pagi pulang malam. Akhirnya sore besoknya aku mutusin untuk ngambil kamar kosan yang bersebelahan langsung dengan rumah ibu Kosnya.
Walau tinggal terpencil jauh dari temen2, gak masalah lah.. yang penting aku bisa dapetin nih si bidadari khayangan. Malam itu aku udah ready untuk tinggal di kosan baru aku. Begitu keluar, ehh.. ternyata gebetan aku Stefi lagi telponan diluar sambil duduk santai di teras rumahnya.“wah.. kesempatan buat pdkt nih..” dalam hati aku. Setelah nungguin dia selesai telponan lumayan lama, akhirnya aku keluar kamar dan samperin doi.
“Hai.. lagi ngapain?” sapa aku sambil melempar senyum.
“Eh, lagi santai aja kak.” Balasnya membalas senyum aku. “Telponan sama siapa?” “Sama pacar kak” jawabnya.
Plaaakk.. aku serasa kena tampar. Ternyata doi udah punya pacar. Habis deh! Namun, pembicaraan tetap berlanjut. Walau Stefi sudah punya pacar, aku tetap pengen akrab sama dia. Siapa tau ntar dia putus, siapa tau ntar dia bosen sama pacarnya..
Siapa tau.. siapa tau.. aku menghibur diri. Aku perhatikan wajah manis Stefi. Bener-bener wajah bidadari! Kulitnya halus tanpa jerawat. Ternyata ada tai lalat mungil di pipinya. “Kak kok ngeliatin Stefi gitu sih?” tanya Stefi risih.
Aku tersadar. “Ehh.. gak. Ternyata Stefi punya tai lalat di pipi yah?” tanya aku. “Orang yang punya tai lalat di pipi itu beruntung lho..” ucap aku keumudian.
“Emang kenapa kak?” tanya nya penasaran.
“Iyalah beruntung! untung aja tai lalat, kalo tai kebo gimana coba?” seloroh aku. Stefi langsung ketawa. Manis banget ngeliat dia ketawa. Akhirnya malam itu aku berhasil ngobrol panjang lebar dan ketawa ketiwi bareng Stefi.
Bahkan setelah cerita tai lalat itu, Stefi bahkan nunjukin kalau dia punya tanda lahir di lengannya.
“Mana mungkin itu tanda lahir! Itu tatto tuh!” aku langsung aja nuduh.
“Sumpah kak ini tanda lahir!” balasnya.
“Gak percaya! Pasti kamu orangnya tattoan yah! Harus diperiksa nih!” tuduh aku.
Dia malah tertawa cekikikan. Aku senang.. Paginya, aku sempetin dulu olahraga pagi. Angkat barbel dan push up ringan sudah jadi rutinitas pagi buat aku.
Punya badan atletis dan berotot memang kharakteristik aku. Alah.. Tiba-tiba aku denger suara cebar-cebur dari kamar mandi. Aku selidiki asal suara tersebut, ternyata persis bersebelahan dengan dinding disebelah kamar aku.Ternyata disebelahnya kamar mandi! Aku coba dengerin suara gemercik air tersebut. Ternyata suara berikutnya adalah lantunan nyanyian seorang gadis. Tidak salah lagi, itu suara Stefi! Aku begitu menikmati suara nyanyiannya.
Merdu banget! Akhirnya timbul pikiran kotor aku. Dinding tembok yang sebenarnya tidak terlalu tinggi itu bisa aku panjat! Akhirnya dengan secepat kilat, otak aku berfikir keras. Bagaimana caranya untuk memanjat dinding yang tingginya dua setengah meter ini.
Setelah yakin orang tua Stefi sudah berangkat pergi berdagang dan Stefi pasti sendirian di rumah, aku nekat untuk ngintipin Stefi mandi. Dengan bantuan kursi, akhirnya aku bisa mencapai ujung tembok paling atas.
Pelan-pelan aku angkat kepala untuk melihat pemandangan disebelah sana. Ternyata benar! Stefi sedang mandi sambil bernyanyi. Stefi dengan wajah manis itu ternyata punya tubuh yang sangat seksi.
Dari ujung rambut hingga ujung kakinya dapat aku liat secara jelas. Payudaranya yang montok bergelantungan. Kulitnya putihnya yang dibalut busa-busa sabun. Hingga rambut-rambut halus yang tumbuh didaerah kemaluannya dapat terlihat jelas.
Hal itu tanpa sadar sudah membuat batang kemaluan aku langsung mengeras. Stefi masih asyik menggosok-gosok bagian tubuhnya dengan sabun. Yang membuat aku gak tahan yaitu terkadang tangannya meremas payudaranya sendiri.
Kilauan sabun dari payudaranya yang putih licin oleh sabun membuat aku serasa mau pingsan. Sejurus kemudian, Stefi membilas sabunnya dengan menimba air. Kulitnya makin terlihat putih bercahaya. Berikutnya bagian selangkangannya yang dicuci dengan air.
Diluar dugaan aku, ternyata Stefi mengelus-elus bagian kemaluannya. Awalnya aku berfikir Stefi melakukan pembersihan di daerah vaginanya. Ternyata, ia begitu keasyikan mengelus-elus daerah yang berbulu tersebut.
Aku liat matanya sudah merem-merem keenakan. “Ohh tidaakk.. Stefi sedang masturbasi!” Baru kali ini aku melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri ada seorang cewek yang masturbasi. Secara jelas aku menonton Stefi yang tengah keasyikan memainkan jarinya di bibir kemaluannya.
Secara tak sadar aku jadi lupa diri kalau sebenarnya posisi aku sangat rawan. Bisa bahaya kalau sampai ketahuan oleh Stefi. Malu banget lah, baru satu hari ngekos ditempat orang sudah berlaku kurang ajar. Ternyata bata yang menjadi pijakan aku tak sanggup lagi menahan pijakan aku.
Akhirnya salah satu batu bata tersebut terjatuh. Stefi jadi kaget dan menghentikan adegan masturbasinya. “Mati aku kalo Stefi sampai tau!” batin aku terus cemas. Aku langsung menghentikan tontonan langka nan sangat istimewa tersebut.Aku segera turun dari dinding yang aku panjat buru- buru. Ternyata Stefi menyadari dirinya diintip. Stefi segera memakai handuknya dan buru-buru keluar kamar mandi. Aku segera menuju pintu kamar mandi untuk menghalangi dan menenangkan Stefi, kalau-kalau ia berteriak. Bisa mampus aku kalau dia ngadu ke ortunya.
Ternyata aku yang buru-buru melintasi pintu kamar mandi langsung bertabrakan dengan Stefi yang baru saja keluar kamar mandi. Handuk Stefi langsung tersibak, ia terjatuh. “Maaf.. maaf..” Cuma itu yang bisa terlontar dari mulut aku sambil membantu Stefi untuk berdiri.
Aku langsung mengambil handuknya. Stefi tampak kelabakan ketika handuknya hampir saja copot. Stefi tidak memakai apa-apa selain handuk yang membuat payudaranya menyembul kelihatan.
“Kak, ngintipin Stefi barusan yah?” tanya Stefi dengan menundukkan kepalanya.
Ia menunduk mungkin karena ia malu. Karena baru saja ia melakukan masturbasi. Aku jadi ngerasa bersalah.
“Maafin kakak ya.. Kakak menyesal banget” aku ucapin itu dengan nada memelas. Stefi cuma mengangguk tapi masih menunduk. Tangannya masih memegang handuknya erat-erat. Tak lama setelah itu dia berjalan pelan kedalam rumahnya sambil terisak.
Matanya berkaca-kaca. Aku jadi tambah merasa bersalah. “Blum ada lho yang ngeliat Stefi gitu, kok kakak tega sih?” suaranya lirih. Akhirnya aku anterin Stefi ke kamarnya. Aku bimbing dia menuju kamarnya.
Dibenak aku semuanya campur aduk. Perasaan bersalah udah membuat dia trauma. Mungkin saja bagi cewek hal seperti itu bisa membuatnya trauma. Sesampainya dikamar Stefi, aku malah memeluknya.
Terlintas dipikiran aku, kalau cewek sedih atau nangis untuk menenangkannya dengan di peluk. Stefi maafin kakak ya..” aku bisikin itu ke telinganya. Sekali lagi Stefi mengangguk. Dari pelukan, aku beralih mendekap Stefi.
Aku cium pipinya kemudian bibirnya. Serentak tangan aku juga ikut memainkan perannya meremas dada Stefi dari luar handuknya.
“Kakak! Ngapain sih ini!” ucap Stefi kaget. Dalam fikiran aku, basah mandi aja!
Tanggung ketahuan ngintipin Stefi mandi, kenapa gak aku tidurin aja sekalian? Mumpung kesempatan ada! Aku dorong Stefi ke tempat tidurnya.
Pintu kamarnya segera aku kunci. Handuknya dengan mudah aku lepas. Bibir Stefi aku lumat dan kulum sejadi-jadinya. Tangan aku menjamah payudaranya yang montok. Stefi berontak dan kakinya menghentak-hentak gak karuan.
“Kakaaaakk..” Stefi berteriak. Aku mulai cemas. Nanti kalau ada warga yang dengar gimana? Aku bisa dihajar masa.
Akhirnya aku menghentikan aksi brutal aku. Aku mutusin untuk membujuk Stefi pelan-pelan.
Sambil mengelus-elus bahunya dan membelai rambutnya aku ngomong pelan-pelan Stefi, tenang aja yaa.. kakak gak bermaksud nyakiti Stefi. Kakak gak mungkin menyakiti Stefi karena kakak sayang banget sama Stefi..” bisik aku pelan-pelan ke Stefi.
Aku cium leher Stefi, tangan aku mulai lagi main-main mengelus payudaranya, meremas, kemudian turun ke daerah kemaluannya.
“Kakak, Stefi mohon jangan kak” Stefi memelas ketakutan. tenang aja yaa.. Kakak gak akan nyakitin Stefi.
Kakak Sayang sama Stefi.” Bujuk aku pelan-pelan sambil terus memainkan daerah kemaluannya. Tangannya terus mendorong-dorong aku. Stefi ketakutan setengah mati. Aku terus memberikan rangsangan dengan terus menciumi leher Stefi.
Kemudian turun dan menjilati puting susunya yang memerah. Sementara tangan kanan aku mengelus-elus daerah vaginanya. Jari tengah aku mulai masuk ke lipatan bibir vaginanya. Aku terus mainkan itu pelan-pelan.
“Kakak.. Stefi mohon, Stefi masih perawan kak.. Stefi takut..” Stefi masih memelas. Tangannya terus memegangi tangan kanan aku yang bergerilya didaerah bibir vaginanya. Aku cuma jawab permohonan Stefi dengan ciuman dan kuluman dibibirnya.
Aku terus lumat bibir Stefi dan bibir vaginanya dilumat jari tengah aku. Perlahan aku masukin jari tengah aku dengan pelan-pelan. Terasa daerah vagina Stefi sudah basah. Mengetahui daerah vagina nya sudah basah dan licin, aku jadi yakin kalau sebenarnya Stefi juga menikmati permaikan aku.
Stefi juga sudah tidak menunjukkan perlawanan yang kuat. Stefi, kak masukin jari kakak pelan-pelan ya.. gak sakit kok.. Stefi tenang aja yaa..” Belum lagi Stefi memberikan persetujuannya, jari tengah aku sudah menikam masuk ke vaginanya.
Akhirnya jawaban Stefi Cuma erangan dan rintihan. Aku terus mainkan dengan memasukkan jari tengah aku kedalam vaginanya sedikit demi sedikit. Akhirnya bisa masuk semua jari aku! “Kakak.. Stefi takut kak..” Stefi terus menceracau.
Tapi kakinya malah membuka lebar dan sesekali nafasnya mendesir berat. Aku yakin Stefi sebenarnya mungkin saja sering bermasturbasi. Cewek-cewek seperti Stefi mungkin saja cewek hyperseks yang sering memuaskan dirinya dengan masturbasi.
Seperti yang aku liat barusan di kamar mandi. Aku makin sibuk. Tangan kiri aku membelai rambutnya, mulut aku sesekali mengisap dan menjilati putingnya, dan tangan kanan aku memasukkan jari kedalam liang vagina Stefi yang makin banjir dengan cairan dan licin.
Akhirnya aku gak tahan lagi. Dengan sekejap segera aku lucuti semua pakaian aku hingga kami berdua sudah benar-benar telanjang bulat. Segera aku tindih tubuh Stefi yang terkapar. Stefi, kita coba masukin yuk..
Tahan sedikit ya.. mungkin agak sakit.” Stefi dengan lugunya mengangguk. Tampaknya ia sudah diliputi gejolak syahwat yang sangat. Aku makin bersemangat. Perlahan aku gosok-gosokin penis aku yang udah tegang dari tadi ke bibir kemaluan Stefi. Stefi yang makin terangsang gak bisa berbuat apa-apa selain pasrah. Jiwa raganya sudah diliputi kenikmatan seks.
Setelah penis aku licin dengan cairan Stefi, perlahan aku tusukin penis aku ke dalam liang kemaluan Stefi. Walaupun pekerjaan aku halus dan pelan, tetap saja Stefi merintih kesakitan. Sekarang penis aku bercampur dengan cairan licin dari Stefi dan darah keperawanannya. Stefi menangis.
Namun bibirnya terus mengeluarkan suara “ahhh.. ahhhh.. kakak..” Aku gak mau ambil pusing. Aku sibuk dengan mendobrak vagina Stefi yang sangat sempit agar batang kemaluan aku bisa masuk lebih dalam lagi.
Dibantu dengan cairan pelicin Stefi yang sudah banjir, penis aku bisa masuk semuanya. Aku terus menggenjot dengan memaju mundurkan batang kemaluan aku. Sesekali aku cium dan jilatin leher Stefi hingga ke payudaranya.
Kemudian putinya aku hisap sekuat-kuatnya. Akhirnya aku liat tanda-tanda Stefi akan orgasme. Segera aku pacu kecepatan goyangan aku. Aku pun pengen keluar dan klimaks.
Akhirnya Stefi lebih dahulu mencapai klimaks dan berteriak “Kakakk…” Berurutan setelah itu aku juga keluar menyemprotkan cairan sperma aku didalam memeknya.
“ahhh.. Ahhhh.. Stefi..” Aku **kan beberapa kali semburan dengan menekan penis aku sedalam-dalamnya kedalam liang vaginanya. Stefi pun menjepitkan pahanya. Akhirnya untuk beberapa saat kita terbuai merasakan nikmatnya orgasme.
Beberapa saat setelah itu terasa kedutan dan denyutan dari vaginanya. Penis aku belum aku cabut. Batang kemaluan aku itu aku biarin sampai lemas didalam vaginanya Stefi. Aku terus perhatikan wajah cantik Stefi yang termenung sayu.
Sesaat aku jadi kasihan telah melakukan ini semua kepada Stefi. Kembali aku elus-elus dan benerin rambutnya yang berantakan. Aku tatap matanya dalam-dalam sambil berkata pelan Stefi, mau gak jadi pacar kakak?” Stefi hanya diam.
Aku tau dia udah punya pacar. Tapi aku sama sekali gak tau apa yang mau aku katakan selain itu kepada Stefi. Aku pasang kembali celana dan keluar dari kamar Stefi. Stefi masih termenung sayu diranjangnya dan belum memakai pakaiannya. Aku udah siap dengan segala konsekwensi dari perbuatan aku barusan.
Setelah itu aku langsung berkemas di dalam kamar kos aku. “Mungkin setelah ini Stefi akan mengadukan semua itu ke orang tuanya dan aku bakal di usir” pikir aku. Siang harinya, aku sudah selesai beres-beres barang-barang.
Aku pengen cabut duluan sebelum aku di usir sama orang tuanya Stefi. Atau mungkin saja hal yang lebih buruk bakal terjadi ke aku. Ternyata pintu kamar kos aku diketuk. Setelah aku buka ternyata Stefi. Aku persilahkan Stefi masuk.
Stefi pun masuk kedalam kamar aku. Dia liat aku sudah packing barang-barang siap-siap mau kabur. “Kakak mau kemana?” tanya Stefi. Aku cuma diam. “Kakak gak boleh pergi! Stefi takut.. gimana kalau Stefi sampai hamil? Kakak harus tanggungjawab untuk semua ini!” kata Stefi lirih.
“Baiklah kakak gak akan pergi. Kakak akan tanggungjawab kalau terjadi apa-apa. Tapi kakak mohon jangan kasih tau orang tua Stefi ya..” pinta aku. Stefi hanya mengangguk. Matanya masih sembab karena menangis.
Jangan Lupa Baca Cerita Lain yaa : AKU MENGHIANATI PACARKU
Aku jadi kasihan, akhirnya Stefi aku peluk lagi. Seminggu setelah itu, aku dan Stefi Cuma diam-diam dan tak ada tegur sapa. Tapi akhirnya aku beranikan diri lagi untuk menyapanya dan mengajaknya bercanda lagi.
Akhirnya, aku bisa ngajakin Stefi untuk berhubungan badan lagi. Kadang dikamar aku, kadang dikamar dia. Bahkan dia sempat tidur di kamar aku, padahal orang tuanya ada dirumah. Ternyata Stefi selalu diliputi gairah.
Permainan seks kami semakin hari semakin fariatif. Dalam waktu tak kurang dari seminggu, Stefi sudah berani menelan habis sperma yang aku semburin didalam mulutnya. Seks lagi dan lagi.. kami berdua sama-sama diliputi gairah yang membara.
Walaupun status hubungan aku belum jelas hingga saat ini, aku tetap menjalani ini sama Stefi. Stefi tetap pacaran dengan pacarnya, tapi kalo soal ranjang Stefi lari ke aku. Hampir setiap malam Stefi mampir ke kamar aku buat gituan.
Kadang setelah gituan dia balik ke kamarnya, kadang tidur di kamar aku. Sejak saat itulah, Stefi ternyata diam-diam juga main sama pacarnya. Aku pernah nanya ke Stefi, apa dia pernah melakukan hubungan badan dengan cowoknya? Awalnya Stefi bilang belum.
Tapi setelah aku selidiki sms dari cowoknya, ternyata mereka juga udah ngelakuin hal begituan. Setelah perawannya hilang, dia malah jadi hyperseks dan pengen ngelakuin hal itu terus. Suatu sore, pembicaraan aku sama Stefi sampai ke sesuatu yang bahkan gak aku duga.
Cerita yang di sajikan oleh Clubsex21 pasti serukan"...,Jangan lupa kunjungin situs ini terus ya guys...,karena Clubsex21 akan terus membagikan cerita yang lebih seru pastinya"...,Terima kasih untuk para pecinta seks dan pengunjung lainnya semoga puas Dan Sukses Selalu.Salam Clubsex21.
KETUAPOKER || JPPOKER || VODKAPOKER || WONGPOKER
